Refleksi PJJ 2019 - 2022
Apa yang menyebabkan prestasi siswa menurun selama PJJ
Selama PJJ ada 2 kemungkinan hal yang terjadi pada kondisi belajar siswa
1. Siswa terlihat memahami materi, ditunjukkan dengan selalu mengerjakan tugas
sesuai dengan kompetensi dasar materi. Secara nilai tuntas (antara 80 bahkan banyak
yang 100)
Dalam hal ini, kemampuan siswa meningkat. Proses meningkatnya kemampuan, karena
banyak sumber informasi yang dimanfaatkan seperti internet (google, bimbingan
orang tua, bimbingan guru les, atau saudara dan teman sejawat). Dari satu sisi
ini bagus.
Yang bahaya apabila yang meningkat hanya nilainya saja karena bantuan tersebut
diatas.
Jadi, Ketika penilaian dilakukan disekolah (keluar dari zona bantuan) siswa
benar-benar tidak mendapatkan apa-apa.
Dimana yang tidak sesuai. “BANTUANNYA”
BANTUAN yang diberikan bukan bertujuan untuk membantu memahamkan materi. Tetapi,
sekedar memperoleh nilai. Dari google memperoleh jawaban, tanpa harus membaca,
tanpa harus menghitung. Dari orang tua, didekte jawaban nya, tanpa mencari tau
sumber bacaan. Dari bimbingan guru les dapat kunci jawabannya, Dari teman
sejawat tinggal menyalin.
2. Siswa menunda tugas dengan berbagai alasan. Alasan yang
klasik adalah tidak mengerti karena tidak diterangkan. Ketika belajar tatap
muka/offline, dikelas tidak mendengarkan, cenderung ngobrol karena lama tidak
ketemu. Alasan yang lain, lupa tugas nya halaman berapa karena sudah lama,
dikumpulinnya masih lama ngerjiannya nanti saja.
Alasannya kasik, tapi ya itu lah yang terjadi.
Ini baru dari segi pengetahuan, dari segi keterampilan, siswa
tidak memahami prosesnya. Bagaimana mau berproses.. kan jawabannya sudah dapat.
Kita tidak bisa tutup mata, tutup telinga pada hal tersebut. Apa yang akan
terjadi pada generasi selanjutnya.
Bagaimana Solusinya.
Menurut sudut pandang saya, kondisi Pendidikan saat ini seperti orang yang
sakit lumpuh selama bertahun-tahun dan saat ini proses penyembuhan. Layaknya orang
sakit, belajar jalan ya harus di papah. Kerjasama semua pihak
1.
Siswa, kenapa saya mulai dari siswa. Yang akan
diperbaiki yang harus sadar diri terlebih dahulu. Siswa harus membuka diri,
dimana saya tidak pahamnya. Ketika sudah menyadari hal itu, mulailah menghargai
diri sendiri. Mulailah dengan rasa butuh. Tanamkan pada diri, saya butuh ilmu
nya, bukan sekedar nilai.
2.
Guru, proses besarnya pada guru. Analisa kemampuan
siswa, antara siswa satu dan lainnya sudah pasti berbeda kemampuan. Tugas guru
membimbing, dimana letak kelemahan dan kekuatan siswa. Kerja ekstra pasti.
3.
Orang tua, antara sekolah dan orang tua harus bersinergi.
Disekolah dimandirikan, jangan dirumah dimudahkan. Orang tua meneruskan proses belajar
disekolah. Yaitu membimbing, mengontrol, jadi “pecut” buat anak-anaknya dan
yang pasti memberikan pujian.
Ketika salah satu pihak, sudah mulai kearah perbaikan, yuk… Bersama-sama
berbenah, bukan untuk diri kita sendiri. Tapi untuk generasi penerus kita. Apa
yang kita lakukan untuk anak-anak kita, itu pula kelak yang akan mereka lakukan
untuk generasi selanjutnya…
Anas
Maret 2022